Monday, April 28, 2008

Bukan Lagi Kemarahan, Tapi Damai Sejahtera

“... setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” --Yakobus 1:19-21

Nasihat Yakobus ini mengandung pengertian yang vital bagi hubungan pribadi kita dengan Tuhan: firman yang berkuasa menyelamatkan jiwa kita hanya dapat tertanam dan berbuah maksimal jika diterima dengan hati yang lemah lembut, bukan dengan hati yang penuh kemarahan. Hati yang penuh kemarahan adalah penghalang hubungan yang akrab dengan Tuhan, karena sikap seperti ini membuat anda sulit menerima pernyataan isi hati Tuhan.

Kemarahan bukanlah dosa, namun bisa membuat Anda lebih mudah berbuat dosa, dan memberi kesempatan kepada iblis (Efs. 4:26-27). Inilah yang dialami Kain. Saat korbannya tidak diterima, Kain terbukti tidak mampu menguasai dosa dalam kemarahannya dan malah membunuh adiknya. Melihat potensi negatif dari amarah manusia ini, wajarlah bila iblis berupaya menjerat Anda melalui kemarahan!

Bill Gothard mendefinisikan kemarahan sebagai ‘suatu sistem alarm batin yang menyingkapkan hak-hak pribadi yang tidak kita serahkan kepada Allah, atau mengambilnya kembali dari-Nya.’ Bila Anda marah, artinya ada hak-hak yang sedang direnggut dari hidup anda. Bisa saja kemarahan itu dipendam sedemikian lama sampai akarnya sulit diidentifikasi, bagai meluruskan benang yang kusut. Akibatnya hati anda tidak lembut/peka lagi untuk mendengarkan suara Tuhan dan merasakan hadiratNya.
Solusinya, mintalah Roh Kudus menyatakan penyebab kemarahanmu. Biarkan Ia meredakan kegeraman hatimu (Ams. 15:1a). Serahkan hak-hak yang masih Anda pegang dengan erat kepada Tuhan. Biarkan RohNya memberikan hati yang baru (Yeh. 36:26-27). Amin.

Ps Ivan F. Clement
Originally published in Weekly Bulletin, April 27, 2008

No comments: